Praktikdokter spesialis hanya terpusat di kota-kota besar, padahal di daerah perbatasan dan terpencil membutuhkan banyak dokter spesialis. Untuk memeratakan pelayanan kesehatan ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 4 tahun 2017 tentang Wajib Kerja Dokter Spesialis, kata Nila. Peraturan tersebut mengatur bahwa dokter spesialis lulusan perguruan Dr dr. Ishandono Dachlan, M.Sc, SpB, SpBP-RE (K_RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Dokter Ishandono seorang Konsultan Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik senior yang telah sangat berpengalaman dalam menangani kasus-kasus di bidang Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik. Menyelesaikan pendidikan spesialis Bedah di UGM dan melanjutkan pendidikan Andikaberencana turut menggandeng Universitas Indonesia dalam merekrut, menyeleksi, dan menggelar pendidikan spesialis untuk para dokter yang telah bertugas di lingkungan TNI. Dalam pertemuan itu, yang disiarkan kanal YouTube Jenderal TNI Andika Perkasa di Jakarta, Jumat (4/3/2022), panglima menyampaikan, ia berharap Universitas Indonesia dapat mengurus tahapan rekrutmen, seleksi, dan Mencatatriwayat pendidikan dokter hingga Estonia, Cina, Inggris, Jepang, Korea Selatan Setidaknya ada 4 manfaat penggunaan blockchain di bidang kesehatan. 1. Pendidikan tinggi kedokteran LampungSelatan; Lampung Tengah; Lampung Timur; Lampung Utara; Mesuji; Pesawaran; Pesisir Barat; Pringsewu; Tanggamus; Tulang Bawang; Tulang Bawang Barat; Daerah. Musi Banyuasin; Kota; ADVERTORIAL; Beranda Musi Banyuasin RSUD Sekayu Jadi Tempat Pendidikan Dokter Spesialis dan Dokter Umum. Musi Banyuasin; RSUD Sekayu Jadi Tempat Pendidikan Padang Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) masih kekurangan dokter spesialis gigi. Sekretaris Pengurus Wilayah PDGI Sumbar, Oryce Zahara mengatakan, jumlah dokter gigi spesialis di Sumbar saat ini sekitar 50 orang. Jumlah tersebut masih sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk Sumbar yang mencapai jutaan orang. . Kedokteran adalah salah satu program studi yang memiliki banyak peminat di kalangan calon mahasiswa baru. Memang tak menampik jika titel atau gelar kedokteran di Indonesia jadi suatu hal yang dianggap mewah. Makanya, tak heran jika banyak orang tertarik untuk melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan sebenarnya apa itu titel kedokteran? Bagaimana seseorang akhirnya bisa menjadi seorang dokter dan meraih gelar spesialis? Jika kamu ingin tahu serba-serbi tentang gelar serta istilah kedokteran dan artinya, simak artikel ini sampai akhir, Gelar KedokteranGelar kedokteran adalah jenis gelar pendidikan yang diberikan kepada orang yang sudah menjalani pendidikan kedokteran. Jadi, setelah lulus mereka akan mendapatkan gelar dokter dr. yang tertulis di depan namanya. Sedangkan terminologi kedokteran adalah istilah medis atau ilmu yang membahas tentang bahasa medis yang sering digunakan untuk berkomunikasi antar tenaga umumnya seorang lulusan pendidikan kedokteran akan mendapat titel dokter umum usai menempuh pendidikan sekitar 6 sampai 7 tahun. Baru setelahnya ia bisa kembali melanjutkan pendidikan kedokteran spesialis ataupun menjadi dokter umum di instansi dengan dokter umum, gelar dokter spesialis cenderung lebih beragam dan tergantung dari spesialisasi pendidikan yang mereka tempuh. Nah, untuk gelar kedokteran spesialis adalah Sp. yang kemudian akan diikuti dengan bidang kesehatan yang dipilih di bagian belakang Waktu Pendidikan Kedokteran di IndonesiaDi Indonesia, jangka waktu pendidikan kedokteran memang berbeda dari program studi lainnya. Agar bisa mengantongi Surat Izin Praktik SIP, seorang mahasiswa kedokteran memerlukan waktu antara 7-10 tahun untuk belajar dan menjalani sejumlah proses adalah tahapan dan jangka waktu pendidikan kedokteran di Indonesia yang menarik untuk kamu ketahui1. Masa PreklinikMasa preklinik atau masa kuliah dapat kamu tempuh selama 3,5 tahun. Berbeda dengan program studi lain yang menggunakan sistem SKS, pada pendidikan kedokteran menggunakan blok. Beberapa blok yang nantinya akan mahasiswa pelajari antara lain blok kulit, blok neurologi, blok pediatri, dan Koas Co-AssistantSetelah lulus dari masa kuliah, kamu akan lanjut ke tahap koas, di mana nantinya kamu akan berinteraksi secara langsung dengan pasien di bawah pengawasan dokter senior. Dalam artian lain, jabatanmu di tahap ini adalah sebagai “dokter muda”.Durasi koas sendiri berlangsung selama 1,5-2 tahun yang terdiri dari berbagai macam stase, seperti stase THT, bedah, anak, kandungan, dan UKMPPDSetelah menjalani masa koas selama 1,5 sampai dengan 2 tahun, kamu akan menghadapi Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter dimana UKMPPD dilaksanakan 4 kali dalam satu tahun yaitu bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Ujian UKMPPD merupakan ujian computer based test CBT dan berisikan 150 soal pilihan ganda dengan waktu pengerjaan 200 minimal untuk bisa lulus ujian CBT adalah 66. Selain itu, kamu juga perlu menghadapi ujian OSCE, yaitu ujian praktek yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran masing-masing dimana memiliki 12 topik yang berbeda yang kamu lulus ujian, kamu akan disumpah dengan mahasiswa lain dan memperoleh gelar dokter dr. serta Surat Tanda Registrasi STR. 4. InternshipPada tahap ini, status kamu saat ini adalah dokter magang. Tujuan dilakukan Internship ini adalah untuk melatih kemampuan,kesiapan, dan kemandirian kamu sebelum memperoleh surat ijin jangka waktu internship adalah 1 PPDSJangka pendidikan yang kamu tempuh untuk mendapat gelar dokter spesialis sekitar 4-6 tahun. Nantinya, kamu bisa memilih bidang kesehatan yang ingin dipelajari lebih dalam pada pendidikan dokter spesialis ini. Buat para penggemar drama Korea, idol Korea, pingin ngerasain hidup di Korea langsung? Kamu bisa kok merasakan kehidupan ala Korea, salah satunya dengan melanjutkan studi di sana. Kali ini kita bakal cari tahu tentang studi dengan sistem S2-S3 secara integrated bersama teman sejawat kita, dr. Rannisa Puspita Jayanti, dari Inje University, College of Medicine, Gimhae, Korea Selatan. Mengapa melanjutkan studi di Korea Selatan?Apa bidang riset yang didalami di Korea Selatan?Bagaimana proses studi disana?Bagaimana prospek ke depannya?Adakah Tips and Trick untuk bisa mengikuti jejak dr. Rannisa? Mengapa melanjutkan studi di Korea Selatan? “Awalnya karena saya dari dulu memang berkeinginan untuk bisa merasakan kuliah dan menetap di luar negeri” ujar dokter yang saat ini belajar di laboratorium Clinical Pharmacology, Inje University, College of Medicine ini. Bukan random, dr. Rannisa memang memilih untuk ke Korsel setelah melihat teknologi yang advance di bidang kedokteran ketika dirinya mengikuti sebuah konferensi untuk mahasiswa kedokteran di sana. Sama seperti dokter kebanyakan, awalnya dr. Rannisa pun memiliki keinginan lanjut PPDS. Namun dr. Rannisa percaya keputusannya melanjutkan studi di Korsel terlebih dulu justru akan memberikan keuntungan tertentu. “PhD ini ingin saya jadikan batu loncatan untuk menjadi spesialis nantinya. Karena saya tidak punya publikasi, berasal dari kampus swasta dan tidak ada pengalaman dalam bidang riset. Kalau saya bekerja di RS, apa poin plus/achievement saya dibanding yang lain ketika mendaftar ppds?” dr. Rannisa menambahkan, “Dengan melanjutkan studi PhD, saya bisa belajar tentang penelitian yang akan berguna ketika melakukan penelitian di jenjang PPDS, sekaligus mengumpulkan uang karena beasiswa bulanan jumlahnya lebih dari cukup untuk ditabung untuk spesialis”. Baik ilmu, gelar, publikasi, sampai ke finansial akan sangat membantu termasuk membantu kita menemukan peminatan PPDS. Apa bidang riset yang didalami di Korea Selatan? Diakui dr. Rannisa, dirinya pertama menemukan keinginan untuk mendalami bidang Clinical Pharmacology ini ketika salah seorang profesor dari Inje University memberikan kuliah tentang personalized medicine, “saya tertarik karena ilmu ini belajar tentang precision dosing, benar-benar melihat pasien sebagai sebuah individu bukan sesuatu yg bisa digeneralisir terutama dalam pemberian dosisnya. Pemberian obat tidak sesimple sesuai berat badan saja, banyak aspek lain yang harus dipertimbangkan” jelas dr. Rannisa. Keinginan tersebut kemudian disampaikannya kepada sang profesor yang kini menjadi supervisornya. “Profesor saya sangat welcome sekali dan memang banyak memiliki murid didik asing. Bahkan beliau juga menawarkan beasiswa, yang membuat saya yakin sekali untuk belajar dan bekerja bersama beliau” jelas dr. Rannisa. Bagaimana proses studi disana? “Kalau di Korea, semua dokter dianggap setara dengan gelar undergraduate, sehingga untuk ambil PhD harus menempuh master terlebih dahulu. Namun di kampus saya ada Program integrated master-PhD, dimana master dilakukan sekitar tahun lalu dilanjutkan tahun PhD. Jadi peserta didik akan lulus paling cepat 4 tahun, walaupun normalnya 5 tahun” dr. Rannisa menjelaskan. Tetapi, dalam program ini, peserta didik hanya akan dapat gelar PhD saja, karena dalam jenjang master peserta didik tidak perlu membuat thesis, “diakhir hanya akan dapat gelar PhD karena masternya hanya numpang SKS saja’, Thesis cukup satu saja di akhir ketika mau lulus PhD” ujar dr. Rannisa. Dalam program ini biasanya peserta didik mulai dari jenjang master. Pihak kampus akan meawarkan program integrated setelah satu tahun 2 semester, apabila IPK di 2 semester awal baik dan mendapat rekomendasi dari Professor. “Jadi kalau professor ga setuju atau IPKnya jelek ngga bisa masuk program ini. Makanya penting untuk belajar sungguh-sungguh dan menunjukkan performa yang baik di hadapan profesor selama proses pembelajaran” kata dr. Rannisa Bagaimana prospek ke depannya? Personalized medicine adalah salah satu bidang yang digadang-gadang akan menjadi masa depan dunia kedokteran. Karena penerapan Personalized medicine ini dapat meningkatkan efektivitas pengobatan dan menurunkan resiko ADR Adverse Drug Reaction. Apalagi masih sangat sedikit ahli yang mendalami Clinical Pharmacology di Indonesia. Ahli Clinical Pharmacology dapat bekerja menjadi peneliti, baik independen atau dengan perusahaan farmasi, akademisi dan tentu saja tidak menutup kemungkinan untuk kembali menjadi klinisi, tidak hanya sebagai spesialis farmakologi klinik yang juga masih sedikit jumlahnya, bahkan bisa juga bidang lain di luar itu. Karena bidang ini sangat luas dan dapat diintegrasikan dengan spesialisasi lain. “Contohnya saat ini saya meneliti tentang precision dosing untuk obat-obatan TB, bekerjasama dengan spesialis dan guru besar spesialis paru dan IPD di Indonesia. Selain menambah keilmuan, ini bisa membantu memperluas network” kata dr. Rannisa. Adakah Tips and Trick untuk bisa mengikuti jejak dr. Rannisa? “Perbaiki bahasa inggris, karena tidak wajib bisa berbahasa korea. Kedua, harus tahu value dan tujuan akhir kemana. Professor disini rata2 malas membimbing anak yang ngga tau tujuannya mau ngapain,” dr. Rannisa melanjutkan, “Ketiga, cari tahu lab kamu pakai analysis tool apa, seperti R/phyton/sas, kalo perlu ikut course untuk persiapan. Keempat, belajar dasar ilmu dari lab kita”. Sama seperti PhD pada umumnya, menjalani jenjang S3 diperlukan persiapan mental, karena jenjang S3 memang berbeda dengan jenjang lainnya, “Kalau kata professor saya, PhD itu bukan waktunya disuapin. Butuh ilmu? Baca paper. Ga ngerti setelah baca paper boleh tanya. Jadi jangan sampai diskusi kosong ngga ada isinya” jelas dr. Rannisa. Yang jelas melanjutkan studi di Korsel selalu dituntut untuk cepat dan penuh tekanan, tapi sebanding dengan ilmu yang didapat. Khusus para pengejar beasiswa di Korsel, ada banyak beasiswa tersedia. Pemerintah Korea sangat supportif dengan riset sehingga banyak tersedia beasiswa, termasuk beasiswa professor masing-masing, terutama untuk jenjang PhD. Ada juga beasiswa dari perusahaan, atau beasiswa KGSP. Untuk mahasiswa yang jago bahasa Korea, akan lebih banyak lagi pilihan beasiswanya. “Ikutlah akun penyedia beasiswa ke korea, akun KGSP, atau akun PPI Korsel atau negara tujuan kita lainnya. Karena biasanya banyak info beasiswa disitu,” lanjutnya lagi, “Dan jangan lupa untuk memanfaatkan alumni, aktiflah bertanya ke senior/alumni dari lab yang kita tuju, biasanya informasi beasiswa professor beredar disitu. Dan jangan lupa cari tahu tentang lab yang kamu tuju, terutama culture dan berapa banyak beasiswa yang disediakan Professor tersebut, jangan sungkan untuk nanya langsung ke Professornya karena ini bisa jadi bahan pertimbangan buat kamu apakah kamu bisa cocok disitu atau tidak”. Tapi dr. Rannisa juga menekankan untuk hati-hati memilih profesor, jangan terjebak iming-iming beasiswa, karena tidak semua profesor baik. Pesan terakhir dr. Rannisa, jangan takut untuk daftar beasiswa. Karena tidak semua Professor mencari orang yg sudah punya publikasi atau achievement tertentu, “Jadi better try it than regret it. If there is a will, there will always be a way” imbuhnya. Jadi, ada yang mau bergabung juga? Continue Reading Mengapa Vaidam Platform Penemuan Layanan Kesehatan Bersertifikat NABH Vaidam adalah platform penemuan perawatan kesehatan bersertifikat NABH yang akan menghubungkan Anda dengan ahli medis terkemuka, rumah sakit, pilihan kesehatan, dan mitra perjalanan tepercaya untuk membantu mengidentifikasi dan membuat pilihan perawatan kesehatan yang tepat. Rencana Perawatan yang Diteliti & Dipersonalisasi - Di Bawah Satu Atap Anda dapat mencari rumah sakit terbaik di India untuk mengobati kanker dan penyakit jantung, tulang atau ginjal, membaca tentang mereka, melihat foto-foto fasilitas di rumah sakit dan tempat-tempat di mana rumah sakit berada, dan memeriksa biaya perawatan . Perawatan Berkualitas Sesuai Anggaran Anda Segera setelah Anda mengirimkan pertanyaan, tim hubungan pasien akan mengumpulkan detail dari Anda, membagikannya dengan dokter dan rumah sakit di panel Vaidam, dan mendapatkan rencana perawatan yang dipersonalisasi. Kami meneliti untuk mendapatkan perawatan berkualitas sesuai anggaran Anda Perawatan untuk Perjalanan Petugas Vaidam membantu pasien, untuk mendapatkan Visa medis untuk bepergian ke India, tarif penerbangan terbaik dan pengaturan untuk masa tinggal Anda. Petugas kami juga membantu Anda dengan masalah perjalanan sehari-hari, bahasa, dan makanan. Vaidam melakukan segalanya untuk menjadi tuan rumah yang sempurna. Semua layanan Vaidam gratis untuk pasien. Jangkauan Internasional Jika Anda mencari perawatan medis di India New Delhi, Mumbai, Chennai, Hyderabad atau Ahmedabad atau di Turki Istanbul, Ankara atau Antalya, Vaidam Health memiliki jaringan di masing-masing kota tersebut. Drama Korea sudah menjadi pilihan tontonan yang digemari banyak kalangan, dari wanita muda hingga ibu-ibu. Ada banyak genre drakor dengan alur cerita sangat menarik yang bisa Anda tonton, salah satunya adalah drakor yang bercerita seputar kehidupan dokter. Drama Korea tentang dokter tidak hanya sekadar memberi kisah yang menarik untuk diikuti, tetapi juga bisa menambah sedikit pengetahuan Anda tentang dunia kedokteran. Nah, berikut ini beberapa rekomendasi drakor tentang dokter yang bisa Anda tonton untuk mengisi waktu luang Anda, Moms. 1. Hospital Playlist Berbicara soal drama Korea tentang kedokteran, tidak lengkap rasanya jika tidak memasukkan Hospital Playlist ke dalam daftar rekomendasi. Drakor yang satu ini berhasil menjadi hit dengan memperoleh rating tertinggi, tidak hanya di Korea Selatan tetapi juga di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Bisa dikatakan, Hospital Playlist adalah salah satu drakor tentang kedokteran terbaik. Hospital Playlist berfokus pada kisah 5 sahabat yang semuanya berprofesi sebagai dokter spesialis di rumah sakit yang sama. Awalnya, mereka bertemu saat masih berstatus mahasiswa di sekolah kedokteran, lalu persahabatan mereka terus berlanjut hingga dewasa dan menjadi dokter spesialis andal. Drakor ini tidak hanya menyuguhkan kisah persahabatan yang manis, tetapi juga pengetahuan tentang ilmu kedokteran dan penyakit, serta playlist lagu-lagu yang enak di dengar. Hospital Playlist tayang dalam dua musim yang dua-duanya memiliki alur cerita yang sangat menarik dan seru untuk diikuti. 2. Dr. Romantic Dr. Romantic adalah drakor tentang dokter yang bercerita mengenai seorang ahli bedah terkenal bernama Boo Yong-Joo yang dikenal dengan julukan "Hand of God." Boo Yong-Joo tiba-tiba saja menghilang dan tidak ada yang tahu persis mengapa dan ke mana ia menghilang. Ternyata, Boo Yong-Joo sekarang menjadi Teacher Kim, seorang kepala bedah di rumah sakit kecil yang hebat dan andal. Teacher Kim menyebut dirinya dokter romantis dan menikmati hidupnya dalam pengasingan. Drakor ini tayang dalam tiga musim yang semuanya memiliki plot sangat seru. 3. Good Doctor Good Doctor adalah drakor tentang dokter yang menceritakan tentang Park Si On, seorang sarjana dengan savant syndrome yang memiliki kemampuan memori tingkat genius dan keterampilan spasial yang tajam. Si On akhirnya masuk sebagai residen bedah anak di salah satu rumah sakit. Ia diberi waktu 6 bulan untuk membuktikan kemampuannya. Namun, karena kondisi mental dan emosionalnya yang tidak biasa, Si On menghadapi konflik dari sesama teman residen, dokter senior, dan pasiennya, yang memandangnya sebagai anak kecil dan tidak bisa diandalkan. Rumah sakit adalah tempat yang sengit dan kompetitif, dan tantangan yang dihadapi Si On pun semakin rumit ketika ia jatuh cinta dengan sesama teman residennya. 4. Doctor Strange Doctor Strange adalah drakor yang wajib banget masuk ke dalam daftar tontonan Anda. Doctor Strange memiliki plot yang sangat menarik, yakni bukan hanya sekedar kisah dokter, tetapi juga kisah cinta yang romantis. Drakor ini menceritakan tentang seorang anak bernama Park Hoon dan ayahnya yang diculik dan dikirim ke Korea Utara. Setelah dikirim ke Korea Utara, Park Hoon dan ayahnya ditolak untuk kembali ke Korea Selatan. Di Korea Utara, Park Hoon dilatih menjadi dokter oleh ayahnya yang juga merupakan seorang dokter. Ia menjadi seorang ahli bedah kardiotoraks andal. Melihat adanya kesempatan, Park Hoon melarikan diri kembali ke Korea Selatan, dan bekerja sebagai dokter spesialis di rumah sakit top Korea Selatan, Rumah Sakit Universitas Myungwoo. Di rumah sakit, ia bertemu dengan sesama dokter yang mirip dengan kekasihnya di Korea Utara yang menghilang. 5. Ghost Doctor Ghost Doctor adalah drakor yang menampilkan sebuah konsep fantasi menarik, unik, dan sedikit komedi, sehingga dijamin sangat menghibur untuk ditonton. Drakor ini berfokus pada 2 dokter yang mempunyai latar belakang, personaliti, dan skill berbeda, Cha Young-min Rain dan Go Seung-tak Kim-Bum. Karena sebuah kecelakaan, Cha Young-min mengalami koma dan tidak sadarkan diri. Meskipun begitu, arwah Young-min dapat memasuki tubuh Seung-tak dan memanfaatkannya untuk mengobati pasien-pasiennya. Mereka berdua bekerja sama untuk mengobati pasien yang sekarat. 6. Doctor John Sedikit berbeda dengan drakor pada umumnya yang seringnya hanya memiliki 16 episode, Doctor John justru punya episode yang lebih panjang, yakni 32 episode. Drakor tentang dokter ini berfokus pada Cha Yo-han Ji Sung, seorang dokter anestesiologi. Yo-han mempunyai sikap kasar dan dingin, tapi ia adalah dokter yang genius. Bersama dengan Kang Shi-young Lee Se-young, residen anestesiologi, ia mencoba menemukan penyebab rasa nyeri akut yang diderita pasien-pasiennya secara misterius dan mengobatinya. 7. Hospital Ship Hospital Ship mengisahkan tentang sekelompok dokter muda dari rumah sakit ternama di Seoul yang ditugaskan untuk memberikan perawatan medis kepada penduduk setempat yang tinggal di pedesaan melalui kapal rumah sakit yang berlayar mengelilingi pulau-pulau kecil. Para dokter ini juga harus mengesampingkan ego mereka untuk merawat pasien-pasien di sana. 8. Doctor Prisoner Satu lagi rekomendasi drakor tentang dokter yaitu Doctor Prisoner, yang mengisahkan tentang seorang dokter yang melakukan balas dendam karena dituduh bersalah. Nam Koong Nim berperan sebagai ahli bedah yang baik dan andal, tapi ia dituduh melakukan malpraktik pada pasiennya. Karena kejadian itulah, ia lalu dikeluarkan dari rumah sakit dan reputasinya jadi hancur. Ia memutuskan bekerja sebagai dokter di penjara dengan niat tertentu balas dendam. Itulah beberapa rekomendasi drama Korea terbaik tentang dokter yang sangat menghibur dan bisa jadi pilihan tontonan di waktu luang Anda. Selamat menonton, Moms! M&B/Calvin/ZA/SW/Foto hospitalplaylist_official/tvn_drama/Asianwiki/Mydramalist Jakarta Sistem pendidikan dokter spesialis di Indonesia membuat Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin terheran-heran. Hal ini lantaran calon dokter spesialis yang menempuh pendidikan di Tanah Air harus membayar biaya uang kuliah ke Fakultas Kedokteran FK di universitas masing-masing. Sementara di negara-negara lain seperti, Budi mengatakan bahwa yang namanya pendidikan dokter spesialis adalah dokternya mendapatkan bayaran dan tidak bayar uang kuliah ke FK. WHO Beri Pujian Penanganan COVID-19 Indonesia, Status Darurat Pandemi Bakal Dicabut Menkes Budi Kita Harus Belajar Hidup dengan Virus COVID, Sama seperti Penyakit Menular Lain Menkes Budi Perkuat Terapi Kanker Lewat Radioterapi dan Kedokteran Nuklir Kondisi ini, menurut Budi Gunadi, menjadikan Indonesia satu-satunya negara di dunia yang dokter spesialisnya membayar uang kuliah ke FK. “Enggak ada di dunia, dokter spesialis itu harus bayar uang kuliah ke FK. Itu yang selalu saya kejar." "Kenapa sih dokter spesialis masih bayar uang kuliah ke Fakultas Kedokteran? Di seluruh dunia tuh dokter spesialis dibayar,” jelas Budi Gunadi saat sesi Public Hearing RUU Kesehatan Bersama Dinkes Seluruh Indonesia, IDI dan PDGI’ di Gedung Kemenkes RI Jakarta, ditulis Rabu 29/3/2023. “Please explain to me tolong jelaskan kepada saya. Kalau jawabnya Pak, nanti kualitasnya jelek. That's not answering the question itu tidak menjawab pertanyaan.” Sebabkan Biaya Pendidikan Spesialis Mahal Dampak dari calon dokter spesialis membayar biaya bayar uang kuliah ke Fakultas Kedokteran FK berujung pada biaya pendidikan spesialis yang mahal. Terlebih lagi, masa pendidikan dokter spesialis yang lama berakibat pada produksi dokter lambat. “Kenapa Indonesia menjadi satu-satunya negara di dunia yang pendidikan dokter spesialis masih bayar uang kuliah ke FK? Di negara lain, dokter spesialis dibayar,” lanjut Budi Gunadi. “Itu yang menyebabkan ini pendidikan dokter spesialis jadi mahal dan kurang."Dokter spesialis paru-paru dan perawatan kritis bernama Timmy Cheng jadi viral setelah berbagi pengorbanannya untuk melindungi keluarga dari Spesialis Dokter University Based Vs College BasedIlustrasi pendidikan dokter spesialis yang tadinya university based dapat berubah menjadi college based atau berbasis hospital based atau kombinasi keduanya. pexels/gustavo fring.Satu solusi yang ingin diterapkan Menkes Budi Gunadi Sadikin adalah pendidikan dokter spesialis yang tadinya university based berubah menjadi college based atau berbasis hospital based atau kombinasi keduanya. “Saya minta yuk kita ambil best practice praktik terbaik ya. Please do understand the reason behind tolong mengerti alasan di baliknya dan saya boleh dichallenge ditantang,” imbuhnya. “Saya sih yakin itu yang harus dijalankan gitu ya. Tapi saya open buka juga untuk diskusi. Saya tahu bukan dengan organisasi profesi saja dibicarakan, tapi dengan FK dan perguruan tinggi gitu ya.” Pendidikan Dokter Spesialis Sulit dan Mahal Dari informasi yang diperoleh Budi Gunadi, pendidikan dokter spesialis sekarang sangat mahal dan sulit. Hal ini didengarnya dengan menanyakan kepada para dokter spesialis. “Enggak pernah ada dokter yang bilang masuk jadi dokter spesialis itu murah dan gampang, enggak ada. Saya tanya 100 dokter, 200 dokter yang jawab malah bilang sulit dan mahal,” bebernya. “Saya kasih contoh, emang dokter spesialis kita berapa lulusannya? Rata-rata 10 tahun terakhir Kalau rata-rata 4 tahun jalan gitu ya, at the same time pada saat yang sama ada dokter untuk 270 juta populasi.” Bandingkan dengan jumlah dokter di Inggris. Data Royal College London mencatat, ada dokter untuk 60 juta orang. “Kita 270 juta penduduk, running-nya tuh cuman dokter spesialis, kita enggak bisa kejar. That is something wrong in our system itu ada sesuatu yang salah di sistem kita,” pungkas Budi Gunadi. Sebaliknya, kalau tetap dibuat university based, menurut Menkes Budi, Indonesia tidak akan bisa mengejar kebutuhan dokter spesialis. “Kita enggak akan bisa catch up mengejar dengan kebutuhan dokter,” Jumlah Program Studi KedokteranIlustrasi tingkatkan ketersediaan dokter spesialis dengan menambah prodi kedokteran. HumeSaat menghadiri acara Inagurasi Konsultan, Fellow, Spesialis 1 BKTV dan Rakernas HBTKVI 2022, Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, Kementerian Kesehatan Kemenkes berupaya meningkatkan ketersediaan dokter spesialis. Pemenuhan ini dilakukan karena jumlah dokter spesialis masih sangat kecil jika dibandingkan dengan dokter umum. Guna mengatasi kekurangan dokter spesialis, Kemenkes melakukan tiga upaya meningkatkan kapasitas serta kualitas dokter spesialis khususnya untuk pelayanan jantung. Pertama, meningkatkan jumlah program studi prodi. Dikatakan Menkes, jumlah prodi yang tersedia saat ini masih jauh dari harapan. Dari 92 Fakultas Kedokteran di Indonesia, hanya ada 20 FK yang memiliki prodi pelayanan jantung, sedangkan yang bisa melakukan spesialis bedah toraks kardiovaskular BTKV hanya dua prodi. Oleh karena itu, Kemenkes bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi akan kejar pemenuhan tenaga kesehatan dengan menambah jumlah prodi kedokteran. Tujuannya, makin banyak menghasilkan dokter dan dokter spesialis. “Kita ada hitung-hitungannya, dari 188 spesialis yang praktik hanya 42 orang. Jumlah ini tentu tidak cukup untuk melayani 270 juta masyarakat Indonesia,” tegas Budi Gunadi pada Sabtu 29/10/2022. Buka Fellowship Dokter Spesialis Kedua, membuka fellowship. Kemenkes juga akan bekerja sama dengan kolegium dan organisasi profesi untuk membuka fellowship yang seluas-luasnya untuk melatih mereka supaya bisa memasang ring maupun pelayanan jantung lainnya. “Saat ini, tenaga kesehatan kita masih kurang, kita mesti butuh puluhan tahun. Supaya cepat, salah satunya melalui fellowship. Semua rumah sakit harus membuka fellowship dan itu perlu bantuan dari kolegium dan organisasi profesi. Supaya ini bisa segera dibuka,” terang Menkes Budi Gunadi Sadikin. Guna mendukung program ini, Kemenkes telah berkomitmen menambah kuota beasiswa untuk dokter dan dokter spesialis, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sebelumnya, beasiswa yang tersedia hanya 200-300 beasiswa. Di tahun 2022, ditambah menjadi beasiswa per tahun. Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Hospital BasedPendidikan dokter spesialis berbasis hospital based. mendorong pendidikan dokter berbasis rumah sakit hospital based. Upaya ini dilakukan dengan menambah sistem pendidikan dokter spesialis yang semula university based ditambah hospital based. “University based tetap ada, namun kita tambah dengan hospital based. Dua-duanya kita dorong demi mempercepat peningkatan dokter spesialis. Begitu nanti jadi hospital based, dokter spesialis yang ambil Program Pendidikan Dokter Spesialis PPDS kita bayar,” ungkap Menkes Budi Gunadi Sadikin. Bantuan Produksi Dokter Spesialis Melalui tiga upaya di atas, Budi Gunadi mengharapkan dukungan dan bantuan dari seluruh pihak terkait agar produksi tenaga kesehatan semakin meningkat, sehingga pelayanan kesehatan khususnya penyakit jantung semakin baik, berkualitas dan merata di seluruh Indonesia. “Tiga hal ini tolong dibantu. Bukan untuk organisasi ataupun diri kita sendiri, tetapi untuk masyarakat, untuk menyelamatkan lebih banyak lagi nyawa masyarakat Indonesia,” Beda Bahaya Covid-19 Varian Delta dengan Delta Plus Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

pendidikan dokter spesialis di korea selatan